Jumat, 20 Mei 2016
Kota Akhlakul Kharimah, HIV/ AIDS No. 1 di Banten!
Well, mungkin kalian udah tahu kota tersebut. Yap! Kota Tangerang, dengan motto yang sering kita lihat di kotanya, 'akhlakul kharimah'. Kota Tangerang bisa kita katakan kota maju lah di provinsi Banten. Bayangkan... kota maju yang berakhlakul kharimah! Kota yang menarik bukan? Namun, kasus HIV/AIDS nomor 1 di Banten. Loh kenapa bisa? Oke, disini penulis akan coba ulas mengapa itu terjadi dan mencoba untuk memberikan solusinya.
Penulis tidak asal tulis, karena penulis punya datanya. Berapa sih kasus HIV/AIDS di kota Akhlakul Kharimah ini? Oke berikut datanya.
Dari data diatas, kasus HIV sebanyak 712 kasus dan AIDS 404 kasus di kota Tangerang dan membuktikan kasus tertinggi di Banten.
Tidak hanya itu, penulis juga diskusi santai dengan Bapak Arif dari Komisi Penanggulangan Aids Provinsi Banten. Beliau mengatakan alasan kenapa Tangerang menjadi kota dengan kasus hiv/aids tertinggi di Banten. Well, ini dia alasannya.
1. Tangerang adalah daerah penyangga ibukota
2. Aktivitas masyarakatnya ada di jakarta atau gaya hidup
3. Adanya pasar heroin pada dekade tahun 90an sehingga berdampak pada epidemi fenomena gunung es
4. Tidak ada lokasi pelacuran tapi tempat hiburan banyak dan kurang terkontrol sehingga berkembang nya populasi kunci pekerja seks tidak langsung.
Dan kenapa itu bisa terjadi? Nah ini dia alasannya.
Karena peran pemerintah kota Tangerang belum optimal dalam membangun komitmen dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Mengapa? Karena pemerintah daerahnya terjada pada moto "akhlakul kharimah", pemerintah kota Tangerang ini menganggap kotanya masih baik, masyarakatnya juga baik dan keterangan penulis katakan tersebut juga didukung oleh pak Arif.
Dan siapa penyumbang kasus terbanyak pada HIV/AIDS ini? Berikut penulis berikan datanya.
Drug use dan seks. Heteroseksual sebesar 45% dan drug use 39%. Itu faktor terbanyak terjadi hiv/aids ini. Dan populasi kunci hiv/aids ini adalah LSL (laki seks laki), drug use, PSL (pekerja seks langsung), PSTL (pekerja seks tidak langsung), waria dan LBT (lelaki beresiko tinggi). Namun sebenarnya ada korban yang harus lebih diperhatikan, yaitu ibu dan anak.
Mereka semua butuh tangan-tangan pemerintah dan tangan kita. Maka dari itu, penulis mencoba memberikan solusinya, semoga bisa bermanfaat. Berikut solusinya.
Pertama, pemerintah daeranya harus membuat regulasi yang jelas dan kuat yang memperhatikan nilai sosial, agama dan budaya masyarakat setempat.
Kedua, berfokus pada penanggulangan, dinas-dinas tsrkait seperti dinkes, dinsos juga kpa harus saling berkoordinasi dan kerjasama dalam penanggulangan odha, karena mereka perlu pendamping dan pendukung.
Ketiga, harus ada pencegahan. Lakukan sosialisasi pada populasi kunci, juga pada masyarakat, sosialisasi ke sekolah/universitas, lakukan blusukan untuk sosialisasi ini, sampai semua daerah mendapatkan sosialisasi HIV/AIDS.
Keempat, berikan obat pada ODHA.
Kelima, tak lain adalah peran semua lapisan masyarakat, ya peran kita! Jangan lakukan seks bebas, jangan haramkan mereka yang terkena HIV/AIDS, jangan benci pada populasi kunci, saling mengingatkan kita, dan dekatkan diri pada Tuhan.
Oke, itu dia tulisan penulis kali ini. Kritislah terhadap masalah sosial disekelilingmu, komentarilah lalu beri solusi!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar